BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG MASALAH
Secara umum
tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang
optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat mempertahankan kelancaran
usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu investasi tersebut adalah
aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang
mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapainya diperlukan
pengelolaan yang efektif dalam penggunaan, pemeliharaan
maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama
dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus dapat
dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode
penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang telah
diterapkan oleh perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai
aktiva tetap yang menurun yang disebabkan karena berlalunya waktu atau
menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap
biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam jumlah
keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva
tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius.
Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya
yang biasanya mencakup perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan
aktiva tetap, serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Aktiva tetap
berwujud mempunyai bermacam bentuk antara lain: bangunan, tanah, mesin,
alat-alat kendaraan, mebel dan lain-lain yang bisa diperoleh dengan berbagi
cara, dimana masing-masing cara perolehan tersebut mempengaruhi besar kecilnya
harga perolehan.
Agar sejalan
dengan prinsip akuntansi yang lazim, aktiva tetap dicatat sebesar harga
perolehannya. Harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk
mendapatkan aktiva tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain sampai aktiva tetap
tersebut siap untuk digunakan. Dengan demikian harga perolehan suatu aktiva
tetap tidak hanya sebatas pada harga belinya saja tapi dengan seluruh biaya
yang digunakan pada saat pengurusan aktiva tersebut. Tetapi dalam mencatat
harga perolehan aktiva yang diperoleh dari donasi hadiah dapat dilakukan
penyimpangan dari prinsip harga perolehan tersebut.
Aktiva tetap
mempunyai sifat khusus yaitu dapat dimanfaatkan dalam jangka waktu lebih dari
satu tahun (lebih dari satu operiode akuntansi). Semua aktiva tetap kecuali
tanah yanag dipergunakan dalam jangka panjang, lambat laun akan aus atau nilai
manfaatnya semakin berkurang, sampai pada akhirnya aktiva tetap tersebut tidak
dapat dipergunakan lagi atau habis masa ekonomisnya.
Aktiva tetap
merupakan salah satu dari beberapa syarat yang dapat mendukung
keberhasilan usaha dari perusahaan. Dengan aktiva tetap yang memadai maka
kelancaran usaha dan aktivitas operasional dari suatu perusahaan dapat berjalan
dengan baik. Sebaliknya, tanpa aktiva tetap yang memadai maka aktivitas
perusahaan akan terganggu sehingga akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
tersebut. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa aktiva tetap merupakan harta
milik perusahaan yang material dan diperoleh bukan dengan tujuan
diperjualbelikan melainkan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan dan
memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun atau satu periode.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latarbelakang yang dikemukakan di atas, maka masalah-masalah yang akan diangkat
dalam penelitian ini adalah:
1.
Apakah
kebijakan pengadaan aktiva tetap yang diterapkan dapat mendukung
peningkatan laba usaha.
2.
Apakah metode penyusutan aktiva
tetap telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
3.
Apakah kebijakan
pengadaan aktiva tetap berpengaruh terhadap
peningkatan laba.
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui
kebijakan pengadaan aktiva tetap yang diterapkan
2. Untuk
memberikan informasi tentang metode penyusutan aktiva tetap yang sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
3. Untuk
mengetahui pengaruh kebijakan pengadaan aktiva tetap terhadap peningkatan laba.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN AKUNTANSI
Secara umum
akuntansi adalah cara untuk mengumpulkan data ekonomis dan melaporkan kepada
macam-macam individu dan pihak-pihak yang berkepentingan. Untuk menghasilkan informasi
ekonomi, perusahaan perlu menciptakan suatu metode pencatatan, penggolongan,
analisis dan pengendalian transaksi serta kegiatan-kegiatan keuangan kemudian
melaporkan hasilnya. Informasi yang relevan untuk satu pihak mungkin menjadi
tidak relevan bagi pihak lain. Akan tetapi bagi kelompok-kelompok yang
membutuhkan informasi akuntansi dapat diidentifikasikan, informasi yang
relevan, juga dapat ditentukan. Dalam sistem pertanggungjawaban terlihat adanya
arus informasi dari yang mempertanggungjawabkan kepada yang menerima
pertanggungjawaban. Akuntansi sering juga disebut business language karena
merupakan media komunikasi.
Untuk
memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang akuntansi, berikut akan
dikemukakan pengertian akuntansi menurut beberapa ahli.
Menurut American
Accounting Association yang dikutip oleh Soemarsono dalam buku
Akuntansi Suatu Pengantar Buku 1 (2004 : 3) “akuntansi adalah proses
mengidentifikasi, mengukur dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan
adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang
menggunakan informasi tersebut”.
Menurut
Agoes dan Estralita Trisnawati dalam buku Akuntansi Perpajakan (2010 : 3)
“akuntansi adalah sistem yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan”.
Menurut
Akbar dalam buku Akuntansi Pengantar (2004 : 1) “akuntansi adalah suatu sistem
informasi yang menyajikan laporan mengenai aktivitas-aktivitas ekonomi suatu
organisasi kepada para pemakai, baik perseorangan maupun kelompok”.
Menurut
Diana dan Lilis Setiawati dalam buku Sistem Informasi Akuntansi (2010 : 14)
“akuntansi adalah proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan
mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi (bisnis
maupun nonbisnis) kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi
bisnis tersebut. Pada dasarnya fokus utama dari akuntansi adalah transaksi
bisnis”.
Menurut
Ismail dalam buku Akuntansi Bank (2010 : 2) “akuntansi adalah seni dalam
mencatat, menggolongkan dan mengikhtisarkan semua transaksi-transaksi yang
terkait dengan keuangan yang telah terjadi dengan suatu cara yang bermakna dan
dalam satuan uang”.
Berdasarkan
definisi tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa akuntansi
menghasilkan informasi keuangan secara kuantitatif dan relefan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan (pemakai informasi tersebut) dalam pengambilan
keputusan-keputusan ekonomi, baik dalam mengukur keberhasilan operasi
perusahaan, maupun membuat rencana di masa yang akan datang.
B. AKTIVA TETAP
1.
Pengertian
Aktiva Tetap
Aktiva tetap
merupakan aktiva berwujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva semacam ini
biasanya memiliki masa pemakaian yang lama atau relatif permanen, dan
diharapkan dapat memberi manfaat pada perusahaan selama bertahun-tahun seperti tanah, bangunan, mesin
dan peralatan. Manfaat yang diberikan aktiva tetap umumnya semakin lama semakin
menurun keculi tanah.
Menurut
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dala buku Stanadar Akuntansi Keuangan (2012 :
16.1) “aktiva tetap adalah asset berwujud yang (1) dimiliki untuk disediakan
dalam produksi atau penyediaan baramng atau jasa untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan yang administratif; dan (b) diperkirakan untuk
digunakan lebih dari satu periode”.
Menurut
Akbar dalam buku Akuntansi Pengantar (2004 : 237) “aktiva tetap
merupakan jenis aktiva yang digunakan untuk jangka panjang dan relatif permanen
dalam operasi bisnis normal. Aktiva ini dikuasai oleh perusahaan dan tidak
untuk dijual dalam operasi normal perusahaan. Aktiva yang dikategorikan sebagai
aktiva tetap harus memberikan manfaat lebih dari satu tahun”.
Menurut
Firdaus dalam buku Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi (2010 : 177) “aktiva
tetap adalah asset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan
untuk jangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang
nilainya besar atau material”.
Menurut Giri
dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 1 (2012 : 217) “aktiva tetap adalah
asset yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
-
Memiliki wujud fisik
-
Diperoleh untuk digunakan dalam
kegiatan usaha perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual
-
Memberikan manfaat ekonomi untuk
periode jangka panjang, dan merupakan subjek depresiasi”.
Menurut Hery
dan Widyawati dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 2 (2011 : 2) “aktiva tetap
adalah aktiva yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya
relatif permanen serta memiliki masa kegunaan yang panjang”.
Menurut
Kasmir (2012 : 39) “aktiva tetap adalah harta atau kekayaan perusahaan yang
digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun”.
Menurut
Rudianto dalam buku Pengantar Akuntansi (2008 : 4) “aktiva tetap adalah barang
berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam
kegiatan normal perusahaan, tidak untuk diperjualbelikan”.
Menurut
Soemarsono dalam buku Akuntansi Suatu Pengantar (2005 : 20) “aktiva tetap
adalah aktiva berwujud (tangible fixed assets) yang : (1) masa
manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3)
dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, serta (4)
nilainya cukup besar”.
Menurut
Sugiri dalam buku Akuntansi Pengantar 2 (2009 : 137) “aktiva tetap adalah asset
berwujud yang tujuan pemilikannya adalah untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode”.
2.
Jenis
Aktiva Tetap
Aktiva tetap
berwujud yang dimiliki oleh suatu perusahaan bisa berupa: tanah, bangunan,
mesin dan alat-alat pabrik, meubel dan alat-alat kantor, kendaraan dan
alat-alat kantor dan sebagainya. Ditinjau dari umurnya aktiva tetap dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu:
1)
Aktiva tetap yang umur atau masa
kegunaannya tidak terbatas. Termasuk dalam kelompok aktiva ini ialah; tanah
yang dipakai sebagai tempat kedudukan bangunan pabrik dan bangunan kantor,
tanah untuk pertanian dan lain-lain yang semacamnya. Terhadap aktiva tetap yang
mempunyai masa kegunaan yang tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan atas
harga perolehannya, karena manfaatnya tidak akan berkurang di dalam menjalankan
fungsinya selama jangka waktu yang tidak terbatas.
2)
Aktiva tetap yang umur atau masa
kegunaannya terbatas, dan dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa
kegunaanya telah berakhir. Termasuk dalam kelompok aktiva ini antara lain : bangunan,
mesin dan alat-alat pabrik, meubel dan alat-alat kantor, kendaraan dan
alat-alat transport dan lain sebagainya. Karena manfaat yang diberikan di dalam
menjalankan fungsinya semakin berkurang atau terbatas jangka waktunya, maka
harga perolehan aktiva ini harus disusut selama masa kegunaannya,
3)
Aktiva tetap yang umur atau masa
kegunaannya terbatas, dan tidak dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila
masa kegunaanya telah habis. Termasuk dalam kelompok ini: misalnya
sumber-sumber alam seperti tambang, hutan dan lain sebagainya atau biasa
disebut aktiva sumber alam. Sumber alam akan semakin habis melalui kegiatan
eksploitasi sumber tersebut, oleh sebab itu harga perolehan aktiva sumber alam
harus dialokasikan kepada periode-periode di mana sumber-sumber itu memberikan
hasilnya.
Ditinjau
dari mobilitasnya, aktiva tetap dibedakan menjadi dua golongan , yaitu:
1)
Aktiva tetap berwujud bergerak,
yaitu aktiva tetap berwujud yang dapat dengan mudah berpindah atau dipindahkan.
Misalnya kendaraan, perlengkapan dan sebagainya,
2)
Aktiva tetap berwujud tidak
bergerak, misalnya tanah, gedung dan sebagainya.
Ditinjau
dari undang-undang perpajakan, aktiva tetap dibedakan menjadi empat golongan,
yaitu
1)
Golongan I, yaitu aktiva tetap
selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis sampai 4 tahun, misalnya:
peralatan, mebel, kendaraan, dan truk ringan
2)
Golongan II, yaitu aktiva tetap
selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis diatas 4 tahun,
misalnya: mebel dan peralatan yang terbuat dari logam, truk berat, mobil
tangki, dll
3)
Golongan III, yaitu aktiva tetap
selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis antara 8 sampai 20 tahun,
misalnya: mesin-mesin yang menghasilkan peralatan, mesin produksi, dll
4)
Golongan IV, yaitu aktiva tetap
berwujud yang berupa tanah dan bangunan.
C. METODE
PEROLEHAN AKTIVA TETAP
Aktiva tetap
yang dimiliki perusahaan dapat diperoleh dengan beberapa cara dimana
masing-masing cara akan menimbulkan masalah akuntansi tersendiri, terutama yang
berhubungan dengan penentuan atau penilaian harga perolehan dari aktiva tetap
tersebut.
Proses
perolehan aktiva tetap yang dimaksud adalah mulai sejak pembelian,
pengangkutan, pemasangan sampai aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai dalam
kegiatan perusahaan. Harga perolehan diukur dengan kas yang dibayarkan pada
suatu transaksi secara tunai. Dalam hal aktiva tidak dibayar dengan kas, maka
harga perolehan ditetapkan sebesar nilai wajar dari aktiva yang diperoleh atau
aktiva yang diserahkan, yang mana yang lebih layak berdasarkan bukti atau data
yang tersedia. Apabila harga perolehan telah ditetapkan, maka harga perolehan
tersebut akan menjadi dasar untuk akuntansi selama masa pemakaian aktiva yang
bersangkutan. Akuntansi tidak mengakui pemakaian harga pasar atau harga
pengganti selama pemakaian suatu aktiva tetap.
Dari
definisi diatas, terdapat dua unsur pembentuk harga perolehan suatu aktiva
tetap, yaitu:
1)
Unsur pokok pembentuk harga
perolehan aktiva tetap, yaitu sebesar nilai sumber ekonomis yang
diserahkan/dikorbankan pada saat terjadinya peralihan hak kepemilikan suatu
aktiva atau sebesar nilai taksiran yang ditetapkan pada saat perolehan aktiva
yang bersangkutan. Unsur pokok ini sangat tergantung pada proses perolehan hak
kepemilikan, mungkin proses perolehan hak kepemilikan dilakukan dengan cara
jual beli tunai, jual-beli angsuran, leasing, hibah, atau membuat sendiri.
Dengan begitu yang dapat diperhitungkan sebagai unsur harga perolehan suatu
aktiva antara lain; harga beli, nilai tunai dari suatu angsuran, taksiran harga
pasar ataupun biasa berdasarkan kebijakan pimpinan atau ekspertis.
2)
Unsur tambahan pembenruk harga
perolehan, yaitu segala pengorbanan ekonomis yang dapat diatribusikan secara
langsung, yang timbul mulai saat persiapan pembelian.pembuatan sampai dengan
aktiva tetap yang bersangkutan dinyatakan siap digunakan dalam kegiatan usaha
sehari-hari.
Adapun
jenis-jenis perolehan aktiva tetap antara lain:
1)
Pembelian Tunai
Aktiva tetap yang dibeli secara tunai
dicatat sebesar uang yang dikeluarkan untuk pembelian aktiva tetap tersebut
ditambah dengan biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan pembelian aktiva
dikurangi potongan harga yang diberikan, baik karena pembelian partai besar
maupun karena pembayaran yang diperbesar. Tetapi jika potongan harga tidak
dimanfaatkan maka jumlah yang harus dibayar adalah jumlah harga pembelian
bruto. Potongan tunai yang tidak dimanfaatkan diperlakukan sebagai rugi atau
biaya bunga. Kerugian sebagai akibat tidak dimanfaatkannya potongan tunai ini
dilaporkan dilaporan laba-rugi dalam kelompok rugi dan biaya lain-lain.
2) Pembelian
Secara Kredit Jangka Panjang
Kebanyakan
transaksi pembelian aktiva diperoleh dengan kredit jangka panjang. Pada
dasarnya penentuan harga perolehan aktiva tetap dengan pembelian secara kredit
sama dengan pembelian secara tunai, sehingga besarnya harga perolehan tersebut
tidak termasuk bunga. Bunga yang ditimbulkan atas pembelian angsuran harus
dikeluarkan dari harga perolehan dan dinyatakan sebagai biaya bunga pembebanan.
Menurut Sugiri (2009 : 140) terdapat
dua jenis bunga yang bisa timbul dari transaksi pembelian aktiva tetap secara
kredit, yaitu bunga eksplisit dan bunga implisit. Bunga eksplisit adalah bunga
yang ditetapkan secara terus terang, sedangkan bunga implisit adalah tingkat
bunga yang ditetapkan tidak terus terang. Kadang-kadang penjual menetapkan
harga pembelian dengan jumlah yang sudah memperhitungkan bunga di dalamnya,
tetapi tidak dinyatakan berapa persen bunganya.
3) Pembelian Angsuran
Harga
perolehan aktiva tetap yang didapat dari transaksi pembelian angsuran diukur
dengan jumlah uang (harga) yang dibayarkan apabila aktiva itu dibeli secara
tunai (cash equivalent price). Unsur bunga danfinancing cost yang
terdapat di dalamnya harus dikeluarkan dan diperlakukan sebagai biaya dalam
periode di mana pembayaran itu terjadi. Jika di dalam harga kontrak pembelian
tidak secara spesifik dinyatakan adanya bunga yang dibebankan, maka pada
dasarnya unsur bunga itu harus diperhitungkan dan dikurangkan dari harga
kontrak di dalam menentukan harga perolehan aktiva tetap yang bersangkutan.
4) Aktiva Tetap yang Didapat dari Donasi dan Penemuan
Aktiva
tetap dapat pula diperoleh dari sumbangan, misalnya dari pemerintah atau dari
lembaga lain. Meskipun untuk memperoleh sumbangan ini tidak ada pengorbanan,
akuntansi akan mencatatnya karena akuntansi merupakan alat pertanggungjawaban.
Apabila mengikuti prinsip harga perolehan, semestinya harga perolehan asset
dari sumbangan ini adalah nihil sehingga tidak perlu dicatat. Namun
penyimpangan terhadap prinsip harga perolehan dibenarkan untuk mencatat aktiva
dari sumbangan. Aktiva tetap dari sumbangan didebet, dan akun lawannya adalah
modal sumbangan. Nilainya adalah sebesar nilai wajar pada saat sumbangan
tersebut diterima.
5) Aktiva Tetap yang Dibangun Sendiri
Harga
perolehan aktiva tetap yang dibangun sendiri oleh perusahaan (tidak dibeli dari
pihak luar) meliputi (i) biaya bahan bangunan yang dipakai, (ii) upah tenaga
kerja langsung, dan (iii) biaya-biaya pemakaian lain seperti pemakaian listrik
dan depresiasi asset tetap perusahaan yang digunakan untuk membangun.
Kadang-kadang untuk membiayai pembangunan asset tetap digunakan dana dari
pinjaman. Bunga yang menjadi tanggungan perusahaan atas penggunaan dana dari
pinjaman dapat dimasukkan sebagai unsure biaya perolehan. Namun besarnya bunga
yang dimasukkan sebagai unsure biaya perolehan hanyalah bunga selama masa
konstruksi. Jika setelah masa konstruksi pinjaman belum lunas, maka biaya
bunganya dibebankan sebagai biaya periodik dalam laporan laba-rugi di kelompok
biaya di luar usaha. Jumlah pengorbanan untuk membangun sendiri aktiva tetap
boleh jadi lebih kecil ketimbang jumlah harga apabila aktiva tetap itu dibeli
dari luar. Penghematan yang diperoleh karena membangun sendiri tidak boleh
diakui sebagai untung.
6) Aktiva Tetap yang Diperoleh Secara Pertukaran
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan
cara pertukaran dengan aktiva tetap lainnya. Harga perolehan atas
aktiva yang didapat diukur dengan harga pasar (fair market value) dari
aktiva yang diserahkan (dilepaskan) sebagai alat penukarnya. Rugi-laba
pertukaran harus diakui, apabila terdapat perbedaan antara nilai buku dengan
harga pasar aktiva tetap yang diserahkan di dalam transaksi tersebut.
Apabila penentuan harga pasar aktiva
tetap yang diserahkan dalam transaksi ini sulit ditentukan, maka harga
perolehan aktiva tetap yang didapat diukur dengan harga pasar
aktiva itu sendiri. Apabila dalam transaksi pertukaran itu disertai dengan
pembayaran uang tunai disamping penyerahan aktiva tetap (lama) maka harga
perolehan aktiva tetap yang didapat, adalah jumlah harga pasar aktiva lama
ditambah dengan jumlah uang yang dibayarkan.
Pertukaran dengan aktiva tetap
lainnya dapat dibagi dua jenis, antara lain:
Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran
aktiva tetap yang sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang fungsi dan
sifatnya sama, seperti mesin produksi X dengan mesin produksi Y. Pencatatan
atas transaksi ini didasarkan pada harga pasar aktiva tetap yang dilepaskan.
7) Pertukaran
aktiva tetap yang tidak sejenis
Yang dimaksud dengan pertukaran
aktiva tetap yang tidak sejenis adalah pertukaran aktiva tetap yang sifat dan
fungsinya tidak sama, seperti pertukaran tanah dengan mesin-mesin, tanah dengan
gedung, dan lain-lain. Dalam hal pertukaran terjadi antaraktiva yanag sejenis,
maka yang dipakai sebagai dasar pencatatannya adalah “nilai buku” dari aktiva
yang bersangkutan.
D. METODE PENYUSUTAN AKTIVA TETAP
Menurut
Soemarsono (2005 : 24) penyusutan adalah pengakuan adanya penurunan nilai
aktiva tetap berwujud.
Menurut
Sugiri (2009 : 158) penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat
disusutkan dari suatu asset selama umur manfaatnya.
Penyusutan
adalah proses pengalokasian harga perolehan, bukan proses penilaian aktiva
tetap. Pengalokasian harga perolehan diperlukan agar dapat dilakukan
perbandingan yang tepat antara pendapatan dengan biaya. Perubahan harga aktiva
tetap yang terjadi di pasar, tidak perlu dicatat dalam pembukuan perusahaan
karena aktiva tetap dimiliki perusahaan untuk digunakan, bukan untuk di jual
kembali. Oleh karena itu nilai buku aktiva (harga perolehan dikurangi akumulasi
depresiasi), biasanya sangat berbeda dengan harga pasar aktiva yang bersangkutan.
Selama masa
pemakaian, kemampuan suatu aktiva untuk menghasilkan pendapatan dan jasa
biasanya semakin menurun baik secara fisik maupun fungsinya. Penurunan karena
faktor fisik terjadi karena pemakaian dan keausan, sehingga secara fisik aktiva
tetap terlihat menurun. Penurunan dari segi fungsi adalah karena aktiva menjadi
tidak memadai dan ketinggalan jaman. Suatu aktiva dikatakan tidak lagi memadai,
jika aktiva tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan saat ini dan di masa
datang.
Pengakuan
atas depresiasi aktiva tetap tidak berakibat adanya pengumpulan kas untuk
mengganti aktiva lama dengan aktiva yang baru. Saldo rekening akumulasi
depresiasi menggambarkan jumlah depresiasi yang dibebankan sebagai biaya, bukan
menggambarkan dana yang telah dihimpun.
Ada tiga
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besarnya biaya depresiasi
setiap periode antara lain:
1)
Harga Perolehan (Cost)
Yaitu uang yang dikeluarkan atau
hutang yang timbul dan biaya-biaya yang terjadi dalam pemerolehan suatu aktiva
dan menempatkannya agar dapat digunakan.
2)
Nilai Sisa (Residu)
Nilai sisa suatu aktiva yang
didepresiasi adalah jumlah yang diterima bila aktiva tersebut sudah tidak dapat
digunakan lagi, dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi pada saat menjual
atau menukarnya.
3)
Taksiran Umur
Taksiran umur kegunaan aktif
dipengaruhi oleh cara-cara pemeliharaan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang
dianut dalam reparasi. Taksiran umur ini biasanya dinyatakan dalam
satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam kerjanya.
Menurut
Soemarsono, ( 2005 : 25) ada dua faktor yang mempengaruhi besarnya
penyusutan. Dua faktor itu adalah nilai aktiva tetap yang digunakan dalam
penghitungan penyusutan (dasar panyusutan) dan taksiran
manfaat. Ada beberapa cara untuk menghitung penyusutan, yaitu:
a.
Metode Garis Lurus
b.
Metode Saldo Menurun
c.
Metode Jumlah Angka Tahun
d.
Metode Unit Produksi
Setiap
metode tersebut digunakan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum,
dan manajemen dapat memilih salah satu dari metode yang dianggap paling sesuai.
Apabila suatu metode tertentu telah dipilih, maka metode tersebut harus
diterapkan secara konsisten sepanjang masa aktiva yang bersangkutan, sehingga
laporan keuangan dari periode ke periode dapat diperbandingkan. Apabila dalam
satu periode dimana metode penyusutan berubah, pengaruh perubahan harus
dikuantifikasikan dan alasan perubahan harus diungkapkan. Namun perusahaan
tidak harus hanya menggunakan satu metode penyusutan saja untuk semua aktiva
tetap yang dimiliki. Perusahaan dapat menggunakan metode garis lurus untuk
salah satu kelompok aktiva tetap dan metode saldo menurun untuk kelompok aktiva
yang lain.
A. Metode Garis Lurus
Metode
ini merupakan metode perhitungan yang paling sederhana dan banyak digunakan
oleh organisasi perusahaan. Cara ini memberikan beban depresiasi yang konstan
pada setiap periode akuntansi selama masa manfaat dari aktiva tetap yang
bersangkutan. Rumus untuk menghitung depresiasi dengan metode ini yaitu:
Keterangan :
HP = Harga
Perolehan Aktiva
NS = Taksiran
Nilai Sisa
N =
Taksiran Umur Kegunaan/Ekonomis
Contoh :
Mesin
dengan harga perolehan Rp. 1.000.000 taksiran nilai sisa sebesar Rp. 50.000 dan
umur taksiran selama 5 tahun. Depresiasi tiap tahun dihitung sebagai berikut;
Depresiasi = Rp
190.000
Perhitungan depresiasi dengan metode
garis lurus ini didasarkan pada anggapan-anggapan berikut :
-
Kegunaan ekonomis dari suatu aktiva
akan menurun secara proporsional setiap periode
-
Biaya reparasi dan pemeliharaan
tiap-tiap periode jumlahnya relatif tetap
-
Kegunaan ekonomis berkurang karena
lewatnya waktu
-
Penggunaan (kapasitas) aktiva
tiap-tiap relatif tetap
B. Metode Saldo
Menurun Ganda
Pada
metode ini, biaya depresiasi dari tahun ke tahun semakin menurun. Hal ini
terjadi karena perhitungan biaya depresiasi periodik didasarkan pada nilai buku
(harga perolehan dikurangi dengan akumulasi depresiasi) aktiva yang semakin
menurun dari tahun ke tahun. Metode ini merupakan metode depresiasi yang
dihitung dengan mengalihkan nilai buku aktiva pada awal periode dengan dua kali
tarif garis lurus. Nilai buku pada awal tahun pertama adalah sama dengan harga
perolehan aktiva, sedangkan pada tahun-tahun berikutnya, nilai buku adalah
selisih antara harga perolehan dengan akumulasi depresiasi pada awal tahun. Berbeda
dengan metode lainnya, pada metode ini nilai residu tidak diperhitungkan. Akan
tetapi, nilai residu akan menjadi batas jumlah depresiasi yang akan dilakukan.
Depresiasi akan berakhir apabila nilai buku telah mencapai jumlah yang sama
dengan atau mendekati taksiran nilai residu.
Rumus untuk menghitung depresiasi
dengan metode ini yaitu:
Depresiasi = N/2
x (n + 1)
Keterangan :
n = Taksiran
Umur Ekonomis
C. Metode Jumlah Angka Tahun
Metode
jumlah angka tahun akan menghasilkan biaya depresiasi yang lebih pada
tahun-tahun awal dan semakin kecil pada tahun-tahun akhir. Oleh karena itu,
metode ini juga termasuk dalam metode depresiasi yang dipercepat. Metode ini
disebut jumlah angka-angka tahun karena tarif depresiasinya didasarkan pada
suatu pecahan yang:
-
Pembilangnya adalah tahun-tahun
pemakaian aktiva yang masih tersisa sejak awal tahun ini
-
Penyebutnya adalah jumlah
tahun-tahun sejak tahun pertama hingga tahun pemakaian akhir
Rumus metode jumlah angka tahun
Keterangan :
n = umur
ekonomis
Contoh :
Mesin yang harga perolehannya Rp.
1.000.000 residu ditaksir umur ekonomis 5 tahun. Depresiasi dihitung sebagai
berikut:
Jumlah angka tahuN = 15
D. Metode Satuan Kegiatan/Hasil/Jam kerja
Dalam
metode suatu hasil, masa pemakaian aktiva yang dinyatakan dengan jangka waktu,
melainkan dengan jumlah satuan (unit) yang dapat dihasilkan oleh aktiva yang
bersangkutan. Metode ini cocok digunakan untuk depresiasi mesin pabrik, karena
hasil suatu mesin dapat diukur satuannya. Metode ini dapat juga didasarkan pada
jam kerja mesin atau jam kerja operator yang menangani mesin. Metode ini dapat
digunakan juga untuk peralatan angkutan (diukur dengan jarak yang ditempuh)
atau peralatan kantor tertentu (diukur dengan jam pemakaian). Namun demikian
metode ini tidak tepat digunakan pada gedung atau mebel, karena untuk aktiva
semacam ini depresiasi lebih merupakan fungsi waktu (bukan kegiatan), dan
satuan hasilnya sukar untuk diukur. Oleh karena itu dalam metode ini yang perlu
ditaksir adalah jumlah satuan hasil yang diperkirakan dapat dihasilkan oleh
aktiva. Taksiran satuan hasil ini dipakai untuk membagi harga perolehan
depresiasi, sehingga dapat ditentukan depresiasi per tahun hasil. Angka
depresiasi per unit hasil ini kemudian dikalikan dengan jumlah satuan hasil
sesungguhnya pada satru tahun, sehingga dapat diterapkan depresiasi untuk tahun
yang bersangkutan. Rumus untuk menghitung metode tersebut adalah hasilnya
sebagai berikut:
Depresiasi per jam =
Keterangan ;
HP = Harga
Perolehan
NS = Nilai
Sisa
N =
Taksiran Jumlah Penggunaan Aktiva
Contoh :
Sebuah mesin dengan harga perolehan
Rp. 1.000.000, taksiran nilai sisa Rp. 50.000, taksiran penggunaan sebanyak
10.000 jam. Depresiasi dihitung sebagai berikut:
Depresiasi per jam
= =
Depresiasi per jam = Rp. 95
E. PENGELUARAN SELAMA MASA PEMAKAIAN AKTIVA
TETAP
Selama
penggunaan aktiva tetap kita tidak dapat menghindarkan diri dari
pengeluaran-pengeluaran untuk aktiva tetap itu, seperti pengeluaran untuk
reparasi rutin, penambahan atau perbaikan. Pengeluaran-pengeluaran tersebut
perlu diketahui dan dianalisis kerena kemungkinan pengaruhnya terhadap harga
pokok akhirnya akan mempengaruhi penyusutan.
Reparasi
rutin adalah pengeluaran untuk mempertahankan agar aktiva tetap beroperasi
dengan efisien dan dapat mencapai masa pemakaian yang diharapkan. Biaya
reparasi rutin umumnya tidak besar jumlahnya, tetapi terjadi berulang-ulang
selama masa pemakaian aktiva.
Penambahan
dan perbaikan adalah pengeluaran yang meningkatkan efisiensi operasi, kapasitas
produksi, atau masa pemakaian aktiva. Pengeluaran semacam ini biasanya cukup
besar jumlahnya dan relatif jarang terjadi selama masa pemakaian aktiva. Suatu
penambahan biasanya mengakibatkan bertambah besarnya fasilitas fisik dan
kapasitas produksi. Penambahan dicatat dengan mendebet rekening aktiva yang
mengalami penambahan akibat pengeluaran tersebut. Sedangkan perbaikan bisa
dilakukan dalam berbagai macam bentuk . Kadang-kadang suatu perbaikan merupakan
penggantian suatu subbagian dari suatu aktiva produktif dengan unit yang baru.
Menurut
Soemarsono (2005 : 50-52) pengeluaran aktiva tetap dapat dikelompokkan menjadi
dua macam, antara lain:
a.
Pengeluaran Modal (capital
expenditures)
Pengeluaran modal adalah
pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aktiva (dikapitalisir).
Pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode
akuntansi termasuk dalam kategori ini. Demikian juga halnya dengan dengan
pengeluaran-pengeluaran yang akan menambah efesiensi, memperpanjang umur aktiva
atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi.
Pengeluaran-pengeluaran modal dapat
dicatat sebagai debet pada akun: (a) aktiva atau; (b) akumulasi penyusutan.
Pengeluaran-pengeluaran untuk penambahan dan penggantian, pada umumnya dicatat
dalam akun aktiva. Pengeluaran untuk perbaikan besar-besaran yang akan
memperpanjang umur aktiva dicatat sebagai debet pada akun akumulasi penyusutan.
b.
Pengeluaran Pendapatan (revenue
expenditures)
Pengeluaran pendapatan adalah
pengeluaran-pengeluaran yang akan mendatangkan manfaat untuk tahun di mana
pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu, pengeluaran pendapatan akan
dicatat sebagai beban. Pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin
merupakan contoh dari pengeluaran ini.
F. PENGHENTIAN
PEMAKAIAN AKTIVA TETAP
Menurut Giri
dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 1 (2012 : 234-235) ada beberapa
transaksi yang menghentikan pemakaian aset tetap, yaitu: (a) transaksi
penjualan aset tetap, (b) berakhirnya masa manfaat aset tetap , dan (c)
pertukaran dengan aset lain.
a.
Penjualan Aset Tetap
Jika penggunaan aset tetap tertentu
dihentikan, rekening-rekening yang bersangkutan dengan aset tetap tersebut
harus dihapuskan. Jika penghentian disebabkan transaksi penjualan, selisih
antara harga jual dengan nilai buku aset tetap yang tersisa harus diakui
sebagai laba atau rugi. Jika nilai buku aset lebih kecil dibandingkan dengan
kas/aset lain yang diterima, timbul keuntungan. Sebaliknya jika nilai buku aset
lebih besar dibandingkan dengan kas/aset lain yang diterima, timbul kerugian.
b.
Berakhirnya Masa Manfaat Aset Tetap
Apabila aset tetap dihentikan karena
berakhirnya masa manfaatnya, semua akun yang berkaitan dengan aset tetap
tersebut harus dihapus. Dalam transaksi ini, saat aset tetap dihentikan masa
pemakaiannya masih memiliki nilai residu, harus diakui sebagai rugi penghentian
aset tetap.
c.
Pertukaran Dengan Aset Lain
Harga pertukaran aset tetap yang
didapat melalui pertukaran dengan surat berharga diukur dengan jumlah uang yang
dapat direalisasikan apabila surat berharga tersebut dijual. Jika harga pasar
surat-surat berharga tidak dapat ditentukan , harga pasar aset tetap yang
diperoleh menjadi dasar pencatatan aset yang bersangkutan. Jika harga pasar
kedua aset tersebut tidak ada maka aset tetap tersebut harus ditaksir oleh pihak
yang independen, misalnya oleh penilai (appraiser).
G. HUBUNGAN
AKTIVA TETAP DENGAN PENINGKATAN LABA PERUSAHAAN
Menurut
Skousen dan Stice (2011 : 27) laba adalah “suatu kenaikan dalam entitas (atau
aktiva neto) dari peripheral atau transaksi insidental sebuah entitas dan dari
semua transaksi lain dan peristiwa lain serta keadaan yang mempengaruhi entitas
kecuali yang terjadi dari pendapatan( revenue) atau investasi oleh
para pemilik”.
Dalam
laporan rugi-laba, biaya yang dikaitkan dengan penggunaan aktiva tetap seperti
biaya depresiasi dan biaya pemeliharaan merupakan salah satu komponen biaya
yang cukup tinggi. Semakin tinggi biaya depresiasi aktiva tetap sebuah
perusahaan, laba akan semakin berkurang. Sebaliknya semakin rendah biaya
depresiasi, maka akan semakin besar laba yang diperoleh perusahaan. Selain
biaya depresiasi, biaya lain dari komponen aktiva tetap yang dapat mengurangi
laba adalah biaya pemeliharaan, pajak bumi dan bangunan (PBB) serta pajak
kendaraan bermotor.
Untuk
mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya
maka digunakan rumus rasio fixed assets turn over , yaitu
rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam
aktiva tetap berputar dalam satu periode. Untuk mencari rasio ini, caranya
adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan total aktiva tetap dalam
satu periode. Apabila perbandingannya meningkat dari tahun ke tahun berarti
perusahaan telah mampu memaksimalkan kapasitas aktiva tetap yang dimilikinya.
Sebaliknya apabila menurun, maka perusahaan belum mampu memanfaatkan kapasitas
aktiva tetapnya.
KASUS : penjelasan berlaku untuk masing-masing unit aktiva
KASUS : penjelasan berlaku untuk masing-masing unit aktiva
Karonsi bak gandeng
Pada tanggal 9 agustus 2011 perusahaan membeli karoseri bak gandeng dengan
harga perolehan sebesar Rp 21.390.000 dengan umur ekonomis 4 thn
Perhitungan depresiasi
Tarif depresiasi adalah sebesar 25% ( 100% : 4)
21.390.000 / 4 thn
5.347.500 / 12
Agus-des
5 * 445625 = 2.228.125
Maka, beban depresiasi karonsi bak gandeng selama desember 2011 adalah
sebesar Rp 2.228.125 dan untuk periode 2012 sebesar Rp 5.347.500,-
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Aktiva
tetap merupakan salah satu komponen aktiva yang berperan penting dalam kegiatan
usaha perusahaan. Aktiva tetap biasanya menyangkut jumlah dana yang
sangat besar dan untuk beberapa perusahaan tertentu jumlah aktiva tetap adalah
yang terbesar dibandingkan jenis aktiva lainnya.
Jenis
aktiva tetap di setiap perusahaan berbeda-beda, hal ini disebabkan karena
perbedaan jenis kegiatan operasional yang dilakukan oleh perusahaan tersebut.
Secara umum, menurut Kieso, dkk (2004) penggolongan aktiva tetap didasarkan
pada beberapa sudut pandang, yaitu:
1. Dari sudut pandang substansinya,
terdiri dari: Aktiva Berwujud (Tangible Assets) dan Aktiva Tak Berwujud
(Intangible Assets)
2. Dari sudut pandang penyusutannya,
terdiri dari: Aktiva Tetap yang Disusutkan (Depreciated Plant Asset) dan Aktiva
Tetap yang Tidak Disusutkan (Undepreciated Plant Asset).
3. Dari sudut pandang umurnya,
terdiri dari: Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya tidak
terbatas, Aktiva tetap berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas dan
dapat diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya telah berakhir
serta Aktiva berwujud yang umur atau masa kegunaannya terbatas, dan tidak dapat
diganti dengan aktiva sejenis apabila masa kegunaannya sudah habis.
Pengeluaran
Selama Masa Pemakaian Aktiva Tetap dapat dikelompokkan menjadi reparasi dan
pemeliharaan, penggantian, perbaikan, penambahan dan penyusunan kembali aktiva
tetap.
B. Saran
Masalah
pengalokasian biaya penyusutan merupakan masalah penting, karena mempengaruhi
laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Apabila menggunakan metode
penyusutan yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku atau kondisi
perusahaan tersebut, maka akan mempengaruhi pendapatan yang dilaporkan setiap
periode akuntansi. Yang perlu diingat bahwa manajemen
dapat memilih satu atau lebih metode yang dianggap paling sesuai. Dan bila
sudah menetapkan satu metode, harus ditetapkan secara konsisten, sepanjang masa
penggunaan aktiva yang bersangkutan, sehingga laporan keuangan dari periode ke
periode dapat
diperbandingkan.
SUMBER :
http://contohskripsiaktivatetap.blogspot.com/2013/05/contoh-skripsi-aktiva-tetap.html
Create By : Boy Rifai Manullang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar