Rabu, 23 Oktober 2013

PENALARAN




Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dan dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Penalaran Induktif
Metode Penalaran Induktif adalah paragraf yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum.
Jika ada air dan udara, manusia akan hidup.
Jika ada air dan udara, hewan akan hidup.
Jika ada air dan udara, tumbuhan akan hidup.
Simpulan
Jika ada air dan udara mahkluk hidup akan hidup.
Penalaran Deduktif
Metode Penalaran deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.
Contoh
karnivora adalah hewan pemakan daging
buaya adalah hewan pemakan daging
Simpulan
Buaya adalah mahkluk karnivora
A.  SILOGISME
Cara pernalaran yang formal. Pernalaran dalam bentuk ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Silogisme disusun dari dua proporsi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Silogisme dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1.      Silogisme Kategorial
Silogisme yang terdiri dari tiga proporsi.
Contoh :          Semua ikan membutuhkan air.
Hewan Hiu adalah Seekor ikan.
Simpulan : Hiu membutuhkan air.
2.      Silogisme Hipotesis
Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
Contoh :          Jika sudah akhir bulan saya akan memasak indimie.
Sekarang adalah akhir bulan
Simpulan : Saya memasak indomie.
3.      Silogisme Disjungtif
Silogisme mayornya premis merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari satu alternatif disebut oleh mayor.
Contoh :          Molken bodoh atau pintar.
Ternyata Molken tidak bodoh.
Simpulan : Molken pandai.

ENTIMEN
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh :          Semua Mahasiswa Universitas Gunadarma harus melakukan penelitian ilmiah.
Kristianto adalah Mahasiswa Universitas Gunadarma
Simpulan : Kristianto harus melakukan Penelitian Ilmiah

Jadi, setelah kita melihat contoh contoh diatas antara silogisme dengan entimen, maka silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan silogisme. Untuk mengubah entimen menjadi silogisme, mulanya kita harus mencari simpulannya. Kata-kata yang menandakan simpulan ialah jadi, maka, karena itu, demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kemudian kita tentukan premis.


SUMBER :


Nama   : Kristianto Nadeak
NPM   : 29211243
Kelas   : 3EB01